Asesesmen
Dalam Pembelajaran
Assesment
atau penilaian tidak bisa dilepaskan dengan peran guru sebagai tenaga pengajar.
Assesment termasuk salah satu indikator penentu untuk mengetahui
seberapa jauh keberhasilan atau bahkan kegagalan yang dilakukan oleh guru atau
dosen selaku agen pembelajaran dan siswa sebagai subjek pembelajaran, sebelum
memilih metode yang tepat sasaran yang dianggap sesuai dengan kondisi
pembelajaran yang ada sehingga untuk langkah selanjutnya efektifitas, efisiensi
dan daya tarik pembelajaran dapat terselenggara dengan baik dan dapat
menghasilkan keluaran belajar yang kompeten yang dapat membuat
assesment pembelajaran di sekolah tersebut bernilai positif, sesuai
tujuan pendidikan nasional.
Bertolak dari ketentuan perundangan PP.No.19 tahun 2003,
tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menguraikan delapan standar mutu
pendidikan yaitu, (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi
lulusan, (4) standar pendidikan dan kependidikan, (5) standar sarana dan
prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar
penilaian (assesment), maka kita dapat melihat bahwa
standar penilaian (assesment) adalah
”standar penentu” bagi kesuksesan suatu proses pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa assesment (penilaian/evaluasi), merupakan
indikator penting yang harus dikuasai oleh setiap guru atau dosen untuk
mengetahui apakah seluruh standar tersebut berhasil atau gagal dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakannya, setelah diperoleh hasil assesment dari proses pembelajaran.
Dari assesment ini pula,
kita dapat mengetahui apakah guru atau dosen sebagai perancang dan pengelola
proses pembelajaran, telah memenuhi standar kualifikasi akademik yang dimaksud
oleh PP. No.19 tahun 2005, dimana guru harus memenuhi empat standar kompetensi
sebagai agen pembelajaran, yaitu standar kompetensi pedagogis, standar
kompetensi kepribadian, standar kompetensi profesional, dan standar kompetensi
sosial, yang membuat assesment
pembelajaran di sekolah tersebut berkualitas.
A. Pengertian Assesmen dan Pembelajaran
Assesmen
yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Assesment”
mengandung makna taksiran/penaksiran, penilaian, penilaian keadaan, beban,
pembebanan atau pemikulan. Menurut H.A.R Tilaar assesment adalah alat tes
untuk mengukur performan siswa dalam proses belajar. Salah satu contoh tes (assesment) yang menjadi
industri besar di Amerika adalah test TOEFL (tes bahasa Inggris) yang digunakan
untuk memasuki perguruan perguruan tinggi terkemuka di Amerika. Hal senada
diungkapkan oleh Tardif (1989) bahwa assesment adalah evaluasi
terhadap proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa,
sesuai kriteria yang ditetapkan, contoh assesment di Indonesia salah satunya
adalah UN (Ujian Nasional) yang dahulu dikenal dengan EBTANAS. Lebih lanjut
Lefrancois (1982:336) mengemukakan bahwa assesmen adalah alat ukur/evaluasi,
bagi guru/dosen untuk mengetahui, memonitor, merekam, mendorong, dan
meningkatkan atau memotivasi prestasi siswa yang akan menjadi umpan balik bagi
diri siswa sendiri untuk mengukur kelemahan dan kekuatannya dalam mengukur
diri. Sedangkan Assessment menurut Hopkins & Antes (1990:31) adalah alat
ukur/evaluasi, bagi guru untuk mengetahui kemajuan siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran”.
Lebih tegas lagi Gagne
& Briggs menjelaskan assesment
adalah alat ukur keberuntungan guru dan siswa untuk mengevaluasi
diri mereka sendiri (self assesment)
dalam meningkatkan keberhasilannya dan inisiatif diri.
Dalam pendidikan assessmen sering
dirangkai dengan kata pembelajaran
(Assesment Of Learning). Pembelajaran menurut Reigeluth dan Degeng
adalah ”Upaya untuk membelajarkan
siswa”. Morton & Macbeth seperti yang dikutip Beard & Senior (1980:76)
mengungkapkan bahwa assesment of learning
adalah evaluasi pada landasan psikologis yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui sejauh mana siswa mampu mengevaluasi diri, dimana guru dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa dengan tahapan :
1.
Menjadikan alat evaluasi sebagai umpan balik.
2.
Memilih alat evaluasi yang objektif dan adil, dengan menginformasikannya
kepada siswa,
3. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi
diri,
4. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi teman.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
kita simpulkan bahwa assesmen dalam pembelajaran secara istilah adalah upaya
penilaian untuk mengukur (keberhasilan atau kegagalan) suatu proses
pembelajaran sekaligus sebagai umpan balik bagi guru dan siswa. Bagi siswa assessmen
dapat dijadikan evaluasi dirinya sejauhmana mereka memiliki kompetensi setelah
mengikuti proses pembelajaran. Bagi guru assessmen dapat dijadikan alat
evaluasi yang objektif untuk mengukur sejauhmana kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
B.
Kawasan Assesment dalam Pembelajaran
Assesment sebagai alat evaluasi dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada tataran silabus, memiliki
kompetensi dasar yang terfokus pada tiga kawasan/kategori ranah (domain), yaitu
kognitif ( hal yang harus diketahui dan dipahami oleh siswa) , psikomotor (hal
yang dapat dilakukan oleh siswa setelah memiliki pengetahuan) dan afektif
(”sikap”siswa setelah proses pembelajaran diberikan). Proses evaluasi dalam
pembelajaran sebagaimana yang diklasifikasikan oleh Bloom dan teman temannya
(1956) melalui tahapan yang dimulai dari jenjang yang mudah ke jenjang yang
sulit. Artinya evaluasi sudah berlangsung sejak awal (pre test) proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran (post test) dan jenjang tahapan dalam
klasifikasi Bloom adalah dimulai dari :
1. Pengetahuan (penyajian
informasi,dimana siswa mampu mengulang apa yang diuraikan guru/dosen).
2.
Pemahaman (siswa menguraikan pesan / pengetahuan yang diterima dari guru
dan menguraikannya berdasarkan
pemehamnnya/menambahkan atau mengkritisi).
3. Aplikasi (Siswa mampu membuat diagram / pola
atas informasi / pesan / pengetahuan yang diterima dari guru berdasarkan
pemahamnnya sendiri,yang tentunya tidak keluar dari tujuan pesan tersebut).
4.
Analisis (memecahkan pesan/ide/pengetahuan menjadi bagian kecil dan menunjukan
hubungannya(keterkaitannya).
5. Sintesis,menyatukan bagian bagian kecil
pesan/ide/pengetahuan menjadi satu kesatuan.
6. Evaluasi menjadi assesmen penilaian yang
berdasarkan pada kriteria tertentu sesuai kondisi pembelajaran yang ada.
C.
Tujuan Assesment
Tujuan assesment dalam pembelajaran menurut Muhibbin, menjelaskan bahwa
tujuan dari assesment adalah
1.
untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dan guru
sebagai pembimbing dalam suatu kurun waktu proses belajar yang sudah
ditentukan;
2.
untuk mengetahui posisi siswa dalam kelompok di kelasnya,sehingga guru dapat
memberi test sesuai dengan kemampuan siswa;
3. untuk
mengetahui tingkat usaha siswa dalam upaya pembelajarannya;
4. untuk
mengetahui sejauhmana siswa mengeksplorasi tingkat kecerdasannya dalam memahami
pelajaran;
5. untuk
mengetahui ukuran daya guna dan hasilguna metode yang diterapkan oleh guru
selaku pembimbing.untuk mengetahui apakah metode yang diterapkan sudah sesuai
dengan kondisi pembelajaran dan kondisi siswa yang ada dalam proses
pembelajarannya.
D.
Fungsi Assesment
Fungsi assesment dalam pembelajaran adalah
1.
Fungsi administratif dalam penyusunan nilai dan buku raport;
2.
Fungsi promosi,untuk menetapkan tingkat kelulusan siswa;
3.
Fungsi diagnostik,untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam belajar;
4.
Fungsi data bagi BP(Bimbingan Penyuluhan);
5.
Fungsi Pertimbangan , bagi pengembangan kurikulum di masa yang akan datang.
E. Syarat dan Ragam
Alat Evaluasi sebagai Assesmen dalam Pembelajaran
1. Syarat Alat Evaluasi sebagai Assesmen
dalam Pembelajaran
Muhibbin menjelaskan bahwa
persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi
belajar,meliputi dua macam yakni, (1) Reliabilitas, Tahan Uji dan dapat
dipercaya konsistensi dan keajegannya.(diujikan kepada siapapun dan dalam masa
yang berbeda, akan memberi hasil yang ”pasti”sama secara prinsip), (2)
validitas, keabsahan dan kebenaran pengukuran yang dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur, (sesuai dengan apa yang akan diukur/tepat sasaran). Lebih
tegas lagi Suryabrata (1995:327) mengungkapkan bahwa syarat tes yang baik harus
reliabel, valid, objektif, diskriminatif, komprehensif, dan mudah digunakan.
Dengan demikian syarat terpenting dalam assesment
pembelajaran adalah adanya indikator kompetensi pedagogi yang dimiliki oleh
guru atau dosen selaku evaluator sehingga guru atau dosen sebagai agen
pembelajaran mampu :
a.
Menggunakan berbagai cara / teknik penilaian.
b.
Menghargai karya siswa dan memajangnya.
c. Memberikan
penilaian atas semua aspek perkembangan siswa
(kognitif,afektif,psikomotorik).
d.
Menilai kegiatan siswa dalam pelaksanaan tugas belajar.
e.
Memberikan penilaian atas hasil yang dicapai.
f. Melakukan
penilaian formatif atas pembelajaran dan memperbaikinya
bila kurang efektif.
g.
Mengumumkan hasil penilaian siswa secara terbuka.
h.
Memberikan umpan balik dan penguatan atas kegiatan siswa.
i.
Mengumpulkan data perkembangan siswa.
j.
Melakukan analisis hasil penelitian.
2. Ragam dan Teknik Assesmen dalam
Pembelajaran
Dalam Ragam dan Teknik Assesmen
Pembelajaran setiap pendidik baik dosen ataupun guru, harus memahami secara
baik dan benar:
a.
Pengertian Evaluasi / assesmen dalam pembelajaran.
b.
Tujuan dari assesmen yang akan diberikan.
c.
Kriteria dasar bahan ujian.
d. Mengenai
soal yang bermutu ( soal yang shahih/valid dan
handal/reliable).
e.
Teknik dan Alat Penilaian sebagai berikut :
1) Teknik
Penilaian melalui Test (1.Test Tertulis/Test Objektif
dan Uraian , 2.Test Lisan, 3.Test Perbuatan).
2)
Teknik Penilaian melalui observasi atau pengamatan.
3)
Teknik Penilaian melalui wawancara.
f.
Langkah langkah penyusunan soal.
g.
Penentuan Materi yang akan dan harus diujikan.
h.
Penetuan Prilaku yang akan diujikan.
i.
Penetuan dan Penyebaran soal.
j.
Penyusunan kisi-kisi.
k.
Penyusunan butir soal.
l.
Teknik Penilaian sikap.
Dalam Buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru ,
Muhibbin menjelaskan bahwa ragam evaluasi terdiri atas beberapa bentuk test ,di
antaranya adalah :
1. Pre test (diberikan guru pada setiap awal penyajian pelajaran) dan Post test
(diberikan pada
setiap akhir penyajian pelajaran).
2. Evaluasi Prasyarat (appersepsi).
3. Evaluasi Diagnostik,yang
diberikan setelah selesai penyajian,yang menitikberatkan pada bahasan tertentu
yang membuat siswa kesulitan,untuk dibahas solusi pemahamannya.
4. Evaluasi
Formatif,sejenis”ulangan” yang diberikan pada akhir penyajian satuan pelajaran
atau modul.
5. Evaluasi Sumatif, sejenis
”ulangan umum” yang diberikan pada setiap akhir semester atau akhir periode
pelaksanaan program pengajaran.
6. UN (Ujian Nasional),
Dengan
demikian para pendidik harus memahami tujuan yang akan dicapai dalam proses
pembelajaran dan melakukan tahapan sebagai berikut sebagai bentuk evaluasi
terhadap proses pembelajaran :
1.
Merumuskan indikator tiap kompetensi dasar
2.
Menyusun alat evaluasi.
3.
Menetapkan kegiatan belajar
4.
Merencanakan program kegiatan mengajar dengan memperhatikan materi isi
pelajaran, memilih alat, metode serta menetapkan jadwal.
5.
Melaksanakan program(mengadakan pre test, menyampaikan materi, dan akhirnya
mengadakan evaluasi/post test)
Colin
Rose, pakar accelerated learning, menjelaskan
bahwa diri kita adalah hakim yang terbaik untuk menilai kemampuan dan
kekurangan diri sendiri (self assesment). Kita harus menguasai 8 kecerdasan yang ada
pada diri kita dan siswa didik , sebelum membuat evaluasi/assesment ke arah tercapainya tujuan pembelajaran. Delapam
kecerdasan itu adalah:
1.
Kecerdasan linguistik (berminat pada drama, pendengar yang baik, pembicara yang
fasih, pandai menjelaskan sesuatu,
senang menulis)
2.
Kecerdasan matematis, logis (pemikir yang logis dan analisis).
3.
Kecerdasan visual/spasial (pengamat,penentuarah pemikiran,pembuat pola
diagram yang teliti).
4. Kecerdasan musikal(pendengar bunyi alam yang
baik dan penghafal baik, penulis lirik atau musik yang baik).
5.
Interpersonal (mediator yang tangguh).
6.
Intrapersonal (eksklusif, penyendiri, penghayal).
7.
Fisik (bekerja dengan benda, senang bergerak,olahragawan).
8. Naturalis (Pencinta alam,yang mampu
menyebut nama jenis tanaman ,hewan dan pemerhati lingkungan yang baik).
Dalam membuat assesment pembelajaran, sebaiknya para pendidik memperhatikan
tingkat kecerdasan siswa dan perbedaan yang ada dalam diri masing-masing siswa
sesuai 8 kecerdasan yang tersebut. Pendidik juga harus mampu memotivasi siswa
sehingga dapat memberikan hasil yang baik dalam melatih daya ingat dan menggali
potensi kecerdasan mereka sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian Vernon
dari Universitas Texas , yang dikutip oleh Colin Rose bahwa terdapat perbedaan
persentase ingatan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
1)
Belajar dengan Membaca akan menghasilkan daya ingat 20% saja
2)
Belajar dengan Mendengar akan menghasilkan daya ingat 30% saja
3)
Belajar dengan Melihat akan menghasilkan daya ingat 40% saja
4)
Belajar dengan Mengucapkan akan menghasilkan daya ingat 50% saja
5)
Belajar dengan Melakukan akan menghasilkan daya ingat 60% saja
6)
Maka Belajar dengan Membaca,Mendengar,Melihat,Mengucapkan,dan Melakukan akan
menghasilkan daya ingat sebanyak 90% (Luar biasa).
Penelitian Vernon yang tersebut di
atas dapat kita sandingkan dengan ”Gaya Pembelajaran” Model Quantum Teaching dalam mengevaluasi
pemahaman dan interaksi siswa dalam proses pembelajaran, yang dipaparkan oleh
Bobby De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nourie dalam istilah TANDUR
(singkatan kata dari, T= Tumbuhkan, A=Alami, N = Namai, D = Demonstrasikan, U =
Ulangi, R = Rayakan ). T = Tumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran, dengan
AMBAK ( Apa Manfaatnya BAgiKu /siswa). Dalam hal ini guru memotivasi minat
belajar Siswa untuk ikut memberi keputusan kepada tujuan pembelajaran yang akan
dicapai). A = Ciptakan ”pengalaman” yang membuat siswa, merasa mengalami
peristiwa yang disampaikan, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dalam proses
pembelajaran. N = Siapkan kata kunci untuk penamaan yang akan memudahkan daya
ingat siswa. D = Demonstrasikan , sebagai entuk aplikatif dari
pengetahuan/ide/pesan yang disampaikan guru.U = Ulangi , adakan tes formatif
atau post test sebagai alat ukur pemahaman. R = Rayakan keberhasilan Proses Pembelajaran
yang interaktif , efisien dan efektif, di antara guru dan siswa. G. ”10 Prinsip
Assesment ”, untuk keberhasilan evaluator rofesional.
Dalam membuat assesment/evaluasi/penilaian, pendidik harus memperhatikan dan
menguasai sepuluh prinsip assesment ,
dengan melaksanakan tahapan-tahapan berikut ini :
a)
Pendidik harus membuat Perencanaan yang efektif bagi dirinya dan
anak didiknya.
b)
Assesmen harus terfokus pada siswa sebagai subjek pembelajaran
(student center).
c)
Assesment harus interaktif , Reflektif dan dapat dilaksanakan.
d)
Assesment adalah kunci ketrampilan Guru.
e)
Assesment adalah alat evaluasi yang sensitif dan Konstruktif terhadap
dampak emosi siswa.
f)
Assesment harus memperhitungkan Motivasi Belajar siswa.
g)
Promosikan tujuan belajar, dan libatkan siswa sebagai pengambil
keputusan.
h)
Assesment adalah Bimbingan Belajar sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan.
i)
Assesment akan membangun jiwa kepemimpinan(kemandirian) dan
kepekaan. siswa.
j)
Assesment harus sesuai dengan tingkat kecerdasan / kemampuan
siswa yang berbeda satu sama lainnya.
F.
Assesmen Alternatif
Penilaian alternatif menawarkan pada murid lebih banyak
pilihan ketimbang ujian tradisional. Sebagai contoh guru bahasa Indonesia di
sekolah memberi murid menu penilaian seperti menulis laporan tentang wawancara,
menulis sendiri cerita atau mewawancarai tokoh. Penilaian demikian digolongkan
dalam penilaian autentik. Artinya
penilaian yang dilakukan guru mengevalusi pengetahuan siswa dalam konteks yang
mendekati kehidupan nyata. Namun, dalam merancang atau memilih alat evaluasi
guru harus memperhatikan setidaknya tiga
indikator sebelum assesment dalam
bentuk evaluasi diberikan kepada siswa didik. Hal ini dimaksudkan untuk
suksesnya proses pembelajaran. Tiga indikator tersebut adalah :
1.
Indikator kondisi yang ada di linkungan pembelajaran dengan terlebih dahulu
memperhatikan tujuan dan karakteristik bidang studi, kendala dan karakteristik
bidang studi, karakteristik peserta didik.
2.
Memilih metode pembelajaran yang dapat memenuhi standar kompetensi yang sudah
diarahkan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Metode pembelajaran
yang digunakan harus berpijak pada empat komponen KTSP yaitu :
a)
Tujuan pendidikan sekolah
b)
Struktur dan muatan kurikulum (content), yang mencakup mata
pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, beban belajar, ketuntasan belajar,
kenaikan dan kelulusan,penjurusan,pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global.
c)
Kalender Pendidikan
3. Silabus dan RPP
Memilih assesmen alternatif yang
sesuai dengan standar kompetensi dengan tidak mengabaikan indikator kondisi
pembelajaran serta metode yang digunalkan dalam proses pembelajaran tersebut.
Intinya, sebagai guru dituntut untuk dapat merancang sistem instruksional,
merancang pesan, merancang strategi pembelajaran yang efisien dan efektif
sehingga proses pembelajaran dapat memberikan assesment yang baik bagi masyarakat atas output yang dihasilkan oleh sekolah tersebut. Sebagai guru, untuk
dapat mengelola proyek, sumber, sistem dan informasi tentang assesment
pembelajaran, khususnya dalam menganalisis permasalahan di seputar assesment sekolah harus memiliki KSA
yaitu :
1.
Knowledge : pengetahuan dan wawasan
2.
Attitude : Sikap yang baik sebagai seorang guru,dosen,atau manager lembaga
pendidikan / kepala sekolah.
3.
Skill : Keahlian dalam menganalisa dan menyelesaikan permasalahan di seputar assesment dalam kualitas proses pembelajaran.
Guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan Alat
evaluasi yang tepat dan bermanfaat dalam memberikan umpan balik yang bernilai
positif bagi pendidik dan sekolah sehingga pada akhirnya assesment pembelajaran dari sekolah atau institusi dimana proses pembelajaran
itu berlangsung dapat menjadi nilai plus bagi kualitas sekolah itu sendiri.dan
beberapa hal yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh para evaluator adalah
dalam membuat alat evaluasi sebagai assesment
tools diantaranya :
1.
Pembuatan Quiz
2.
Pembuatan assignment untuk siswa
3.
Pembuatan pre test dan post tes dalam berbagai tipe soal
4.
Self test bagi siswa
5.
Presentasi jawaban
Sehingga peserta didik (siswa didik) yang melaksanakan
Evaluasi tersebut lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai test, baik
pre test atau post test, test sumatif atau formatif, baik evaluasi yang
dilakukan oleh evaluator dari luar maupun dari dalam,tidak akan menjadi faktor
utama yang perlu dikhawatirkan dalam penilaian assesmen pembelajaran bagi hasil
evaluasi mereka.
G.
Model Assesment Alternatif sebagai Pilihan Para Pendidik
Assesmen
Alternatif adalah pilhan yang tepat , karena pemilihan alat evaluasi sebagai
unsur terpenting dan pamungkas dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh
bagi assesment sekolah dan unsur yang
terlibat di sekolah tersebut.dengan terlebih dahulu memperhatikan kondisi
lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, melihat ketersediaan sarana dan
prasarana (ketersediaan jaringan yang menjadi indikator penting bagi
pembelajaran yang berbasis TIK). Assesmen Alternatif sebagai penilaian program
atau proses pembelajaran harus dilandaskan pada tiga kawasan penidikan dalam
taksonomi Bloom yaitu :
1. Landasan Kognitif : Penilaian atas prestasi pengetahuan
dan wawasan
2. Landasan Afektif : Penilaian atas respon & sikap
siswa setelah PBM
3. Landasan Psikomotorik : Partisipasi siwa dalam
melaksanakan tugas.
Dengan
memperhatikan aspek kemampuan individu (self
assesment) dalam delapan kecerdasan yang berbeda dan kemampuan kinerja
kelompok (performance assesment) dalam wujud
assesmen kinerja siswa dalam mengadaptasi test berbasis
komputer,internet,maupun pembelajaran berjaringan atau pembelajaran
multimedia,baik pre test maupun post test,test pilihan ganda yang diperluas,
test jawaban terbuka, tugas individu, tugas kelompok, baik dalam bentuk
wawancara, observasi, assesment
portofolio ( dalam tahap persiapan,tahap pelaksanaan,dan tahap penilaian),
proyek pameran, atau demonstrasi karya.
H.
Assessment Portofolio
Assesment portofolio adalah
penilaian terhadap kumpulan berkas sebagai bukti fisik setiap aktivitas siswa
selama dan sesudah pembelajaran, bisa berupa dokumen hasil tes, tugas-tugas,
hasil karya, catatan tentang sikap-minat, ketrampilan, dan kompetensi siswa.
Assesment ini adalah salah satu bentuk penilaian autentik yang diadaptasi
secara luas di sekolah-sekolah saat ini. Diane Hart mendefinisikan portofolio
sebagai "sebuah wadah yang memegang bukti keterampilan individu, ide,
minat, dan prestasi." Penilaian
portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan
mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan
seseorang (Pomham, 1984). Seluruh hasil belajar peserta didik (hasil tes, hasil
tugas perorangan, hasil praktikum atau hasil pekerjaan rumah) dicatat dan
diorganisir secara sistematik.
Fungsi penilaian fortopolio adalah
sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang telah dicapai peserta
didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan umpan balik
untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Kumpulan
hasil pekerjaan peserta didik dapat berupa: (1) puisi; (2) karangan; (3)
gambar/tulisan; (4) peta/denah; (5) desain; (6) paper; (7) laporan observasi;
(8 ) laporan penyelidikan; (9) laporan penelitian; (10) laporan eksperimen;
(11) sinopsis;(12) naskah pidato/kotbah; (13) naskah drama;(14) doa; (15)
rumus;(16) kartu ucapan; (17) surat; (18 ) komposisi musik; (19) teks lagu;
(20) resep masakan.
Penilaian
portofolio sering diibaratkan sebagai satu album photo dari suatu kegiatan yang
merekam aktivitas program dan para partisipannya. Portofolio ini juga sering
dianggap sebagai suatu ‘showcases’ bagi orang-orang yang tertarik atau memerlukan
untuk mendapatkan gambaran mengenai program tersebut. Bagi dunia pendidikan,
penilaian portofolio cukup sering digunkan untuk mendokumentasikan kemajuan dan
pencapaian masing-masing siswa. Penilaian portofolio jika dilakukan secara
benar dan sistematis dapat menjadi alat pengukur praktek, prosedur, dan
keluaran yang lebih baik jika dibandingkan alat pengukuran tradisional.
Tidak semua portofolio merupakan
portofolio penilaian. Portofolio juga bisa berisi hasil kerja dan catatan
tersendiri dari guru, atau dari seorang profesional, atau bahkan portofolio
suatu perusahaan. Portofolio penilaian sendiri memiliki beberapa komponen yang
harus ada atau terdapat dalam portofolio tersebut. Komponen-komponen
tersebut antara lain :
· Merupakan bagian
dari komponen hasil mata pelajaran
· Didasarkan pada
hasil keluaran program
· Mencakup
dokumentasi dari semua yang didemonstrasikan siswa dari setiap keluaran
· Dinilai oleh
guru dengan menggunakan rubrik yang umum
Pada
dasarnya ada beberapa tipe portofolio, seperti:
· Showcase – siswa
meletakkan semua contoh terbaik atau produk terbaik yang dihasilkannya dari
setiap objektif.
· Kumulatif –
Siswa meletakkan semua pekerjaan yang relevan untuk setiap objektif dalam portofolionya.
· Proses – Siswa
meletakkan pre/post sample dari pekerjaan untuk setiap objektif dalam
portofolionya.
Dalam
setiap tipe portofolio harus terdapat komponen dasar sebagai mana tercantum
diatas. Beberapa ahli membagi portofolio menjadi dua yaitu Portofolio Proses
dan Portofolio Produk. Portofolio proses berisi dokumentasi dari
tahapan-tahapan pembelajaran dan catatan kemajuan siswa. Sedangkan Portofolio
Produk hanya berisi kumpulan hasil kerja terbaik siswa. Untuk mengetahui proses
dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran, biasanya guru menggunakan
portofolio proses, sedangkan untuk mengetahui penguasaan akhir digunakan
portofolio produk.
Ada beberapa kelebihan dari Penilaian
Portofolio ( sebagaimana dikutip oleh Julia Scherba dari Venn ) seperti:
· Menunjukkan
evaluasi diri siswa, refleksi, dan pemikiran kritis
· Mengukur Kinerja
dasar berdasarkan contoh original pekerjaan siswa
· Memberikan
fleksibilitas dalam mengukur bagaimana siswa mencapai tujuan
· Memungkinkan
guru dan siswa berbagi tanggung jawab dalam menentukan tujuan belajar dan
untuk evaluasi kemajuan.
- Memberikan
kemungkinan bagi siswa untuk mendapatkan masukkan yang ekstensif dari
proses pembelajaran
- Memfasilitasi
pembelajaran kooperatif, termasuk evaluasi ‘peer’ dan tutoring
- Memungkinkan
pembentukan struktur pembelajaran bertahap
- Memungkinkan
guru dan siswa untuk mendiskusikan tujuan pembelajaran dan kemajuan dalam
dialog yang terstruktur maupun tidak.
- Memungkinkan
pengukuran kemajuan siswa multi dimensi dengan memasukkan berbagai tipe
data dan material.
Bagi
seorang guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi bisa
memiliki banyak kegunaan. Seperti misalnya:
- Mendorong
pembelajaran mandiri
- Memperjelas
pandangan mengenai apa yang dipelajari
- Membantu
mempelajari pembelajaran
- Mendemonstrasikan
kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan
- Membuat
interseksi antara instruksi dan penilaian
- Memberikan
jalan kepada siswa untuk menilai diri mereka sebagai pemelajar
- Memberikan
kemungkinan untuk pengembangan dukungan ‘peer’
- Mengetahui
bagaiman Portofolio dapat memperbaiki proses persiapan
Dengan
demikian penilaian portofolio berbeda dengan penilaian lainnya, penilaian
portofolio merupakan rangkuman setiap aktivitas yang membutuhkan pencermatan,
keobjektifan dan tranparansi. Penilaian portofolio bukanlah hasil rekaan dan
bersumber imajinatif. Hal ini menunjukkan program pembelajaran dalam persiapan
evaluasi harus berkelanjutan dari satu kegiatan kepada kegiatan lain guna
peningkatan mutu kualitas pendidikan bagi input maupun output di sekolah.
Kegiatan tersebut dapat terlembaga secara baik dan profesional baik di lembaga
formal maupun non formal. Assesment positif sebagai penilaian hasil evaluasi
terhadap program atau proses haruslah diakui oleh masyarakat luas yang menjadi
penilai objektif bukan penilaian individualistis.
Assesment kinerja adalah suatu prosedur
yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang
apa dan sejauh
mana yang telah
dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance)
yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang
diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja
tersebut.
Assesmen Kinerja
Assesment kinerja adalah penelusuran
produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses
pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu
pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut.
Secara sederhana asesmen ini menilai
proses perolehan, penerapan pengetahuan dan ketrampilan melalui proses
pembelajaran yang menunjukkan kemampuan peserta didik dalam proses maupun
produk. (Brualdy, 1998) Dalam asesmen kinerja, evaluasi tidak dilakukan dengan
menyuruh peserta didik menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan
jawaban yang tersedia akan tetapi peserta didik diharuskan menjelaskan dengan
kata-kata atau caranya sendiri yang dapat menunjukkan penguasaannya terhadap
suatu hal atau peristiwa.
1.2.
Tujuan Assesment Kinerja
Performance
assessment bertujuan untuk mengetahui seberapa
baik subyek belajar telah mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya
sesuai dengan sasaran pembelajaran yang telah ditentukan dan berfokus pada
penilaian secara langsung yakni dalam arti langsung dari kinerja atau apa yang
ditampilkan oleh peserta didik, berlangsung kontinyu, dengan
mengkaitkannya dengan berbagai permasalahan nyata yang dihadapi peserta
didik.
1.3. Komponen
Assesment Kinerja
Terdapat tiga
komponen utama dalam assesment kinerja, yaitu tugas kinerja, rubric
performansi, dan cara penilaian.
1.
Tugas Kinerja (Performance Task)
Tugas kinerja adalah suatu tugas yang
berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas.
Contoh Tugas dalam Pembuatan assesment kinerja dalam bidang TI adalah sebagai
berikut.
Lakukanlah penelitian sederhana
mengenai gangguan worm terhadap pengaruh kinerja komputer dan keruasakan system
yang diakibatkannya, lakukan kegiatan dengan melakukan survei kepada beberapa
user komputer yang sering mengalami gangguan terhadap worm . Anda dapat
memilih satu atau semua faktor yang memungkinkan worm tersebut dapat menginfeksi komputer :
1.
Internet
2.
Media penyimpanan data
Tugas ini
meliputi :
1. Pengembangan rancangan
penelitian (termasuk proposal sederhana)
2. Pengembangan instrument
yang diperlukan untuk mengumpulkan data
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Penulisan laporan
penelitian
6. Penyampaian laporan
secara lisan dalam suatu seminar kelas